Selasa, 13 Desember 2011

'Ali Bin Abi Thalib Berduel Dengan Jin

Dahulu kala ketika di perjanjian Hudaibiyyah...
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat tertimpa kehausan yang sangat, sehingga beliau menyuruh sebagian sahabat untuk mencari air di sumur. Namun sumur tersebut sangat angker, sehingga banyak sahabat yang takuk. Kemudian Ali bin Thalib, dengan ditemani beberapa sahabat, berani maju tak gentar menghadapi suara-suara aneh, api-api yang menjilat, angin yang kencang, dan kepala-kepala yang bergelantungan. Para sahabat di belakang Ali merinding ketakutan, tetapi Ali gagah melangkah menebas kepala-kepala itu, dan akhirnya dia pun mengambil air dari sumur angker tersebut.

Secarik coretan sederhana ku

Wahai kawan, aku ingin berbagi pada kalian. Mungkin saat ini kalian sedang merasa kesepian, putus asa, kelelahan, takut akan hari esok, dan futhur iman.

Wahai kawan, jika memang iya. Maka, kau tak sendirian.Karena, Saat ini aku juga merasakan hal itu dan aku yakin ada banyak orang yang sedang merasakan hal itu.

Wahai kawan, apakah kau merasa Aneh ?? Perasaan itu semua seolah tak pernah lelah menggerogoti jiwa. Terus menggelayuti pikiran dan mengikis keberanian dan tekad untuk menggapai cita. Mungkin, disaat - saat seperti itu kalian menginginkan hal yang sama diinginkan oleh seorang jenderal erang di medan pertempuran. Yakni, seorang PENDAMPING ( KAWAN / SAHABAT / KEKASIH ) yang setia untuk berdiri dan selalu siaga dalam menopangmu.

Namun, bagaimana kalau saat itu, kau tak memiliki mereka semua ? Tak punya teman, sahabat dan kekasih di sampingmu..Apakah kalian akan merasakan nelangsa dan memilih untuk pasrah, lalu menarik kendali kudamu dan dengan lari terbirit2 lari dari medan pertempuran...?? Atau kau memilih untuk bertahan, sambil mencoba untyk bangkit dan mengatur strategi baru untuk meraih kemenangan. Meski pun sendiri ?? Apakah mungkin ??

Wahai kawan, saat ini ku ketik secarik pesan dari tempat yang berbeda, berharap kita bisa membuka mata.

Kawan, meski pun saat ini kita sedang tak saling bertatap muka atau saling bertukar kata. Aku akan tetap mengetik ini untuk kita.

Cobalah ingat kawan, bagaimana kita bisa tiba pada hari ini. Bisa menghirup udara dan menatap indah dunia. Bagaimana ?? Cobalah kita ingat awalnya...Apakah kau tak ingat ?? Benar tak ingat ?? Ah !! Cobalah kawan kau ingat2 kembali...
Tak mungkin, peristiwa besar itu kita lupa..TAK MUNGKIN !!

Aku yakin kau masih ingat, PERLOMBAAN ITU !! Ya aku yakin kau ingat perlombaan di awalkejadianmu.. Perlombaan demi memenangkan segaris tinta kehidupan... Perlombaan antara hidup dan matimu... Tak pandang buluh dan tak kenal lelah kau berjuang, meski itu berarti kau harus merelakan para pesaingmu -yang tak lain para saudaramu sendiri-

Ingatkah kau akan kemenangan besar itu ?? Akku yakin kau ingat !! Kemenangan besar yang tak mungkin kita lupakan... Ah ! Bagaimana mungkin bisa terlupakan, jika nyawa taruhannya !!!

Setelah melewati perjalanan panjang itu & bersaing dengan milyaran saudara yang sama kuatnya dan sama sempurna fisiknya denganmu...Lalu bertahan selama berbulan-bulan dalam ruang sempit dan gelap....Apakah kalian akan menyerah sekarang ?!!?

Hanya karena, merasa kesepian dan berbagai hambatan hidup kalian merasa kalah dan memilih untuk lari ??? Melupakan jati diri yang sebenarnya.. Bahwa kita adalah pemenang dan kehidupan ini adalah hadiah yang dulu kita kejar.. Namun sekarang ??? Ah !! Alangkah bodohnya diri kita,,, Karena telah melupakan itu semua...

Bukankah dalam awal kejadian kita hingga akhir kisah hidup kita,, Allah SWT telah berjanji untuk TAKKAN pernah meninggalkan kita ?? Bukankah begitu ?? Namun mengapa kita merasa perlu untuk menyimpan rasa sepi di hati. Sedangkan ada ALLAH di Hati.

Wahai kawan, Ingatlah selalu awal kejadian kita dan yakinlah selalu, bahwa ada banyak orang diluar sana yang mungkin disaat yang sama mereka merasakan hal yang kau rasakan saat ini, bahkan mungkin lebih dari apa yg sdg kau rasakan.. Namun, ada yang memilih untuk tegap berdiri dan ada ula yg lebih memilih lari...Padahal, dulu...Ia pernah berlomba dengan 2 milyar saudaranya demi mendapatkan kehidupan ini...

Kembalilah kepada Allah swt dan kembalikanlah semuanya kepada Nya,,karena...Ia lah yang telah menciptakan awal dan hanya ia pula yg Maha mengatur degala kejadian akhir...

Wahai kawan,
aku tak bertatap muka dan bertukar kata dgmu. Namun, aku harap pesan ini bisa sampai ke hati mu...

Salamku,
Sesama pemenang kehidupan !!

Lagi !!! Akhlak Rasulullah saw mengguncang Dunia...

Ini Kisah Nyata ! Secarik sejarah dari seseorang yang telah mengubah peradaban DUNIA..

oleh Masayu Khairunnisa pada 11 Desember 2011 pukul 20:10
 
Abu Bakar ra menatap bungkusan roti di genggamannya lalu melihat pengemis renta dihadapannya. Lelaki pengemis itu buta matanya. Mengayun kepala. Tidak berbicara.

"JANGANLAH ENGKAU MENDEKATI MUHAMMAD KARENA DIA ORANG GILA, PEMBOHONG DAN TUKANG SIHIR. Jika engkau mendekatinya, engkau akan dipengaruhinya." Begitu pengemis buta itu suka berkata-kata, dahulu. Sekarang tidak lagi. Kabar meninggalnya Sang Nabi barangkali telah sampai kepadanya. Jadi, tak perlu lagi dia berteriak ke mana-mana.

Sekarang, Abu Bakar duduk dihadapannya. Seolah tengah mengukur apa yang ada di kepala pengemis Yahudi di hadapannya.Terbayang sedikit perbincangannya dengan 'Aisyah beberapa waktu lalu. Perbincangan tentang pengemis di hadapannya.

"Wahai Putriku, adakah satu sunnah kekasihku yang belum aku tunaikan ?"
Betapa Abu Bakar ingin mengikuti apa pun yang dahulu dilakukan Sang Nabi. Apa pun. Sekecil apa pun yang dicontohkan Sang Nabi, dia masih belum yakin seluruhnya dia ingat dengan tepat.

"Wahai Ayahku." 'Aisyah yang belia menatap Ayahnya sementara air matanya mulai menjelaga. "Engkau adalah seorang ahi sunnah dan hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum engkau lakukan, kecuali satu."

"Apakah itu?" Mengerut dahi Abu Bakar. Ternyata benar bahwa pengetahuannya tentang Sang Nabi bukan tanpa celah sama sekali.

"SETIAP PAGI, RASULULLAH SELALU PERGI KE UJUNG PASAR DENGAN MEMBAWAKAN MAKANAN UNTUK SEORANG PENGEMIS YAHUDI YANG BUTA DI SANA."

Di sini, Abu Bakar pagi ini. Tak mau menunda lama. Ingin dia tuntaskan apa pun yang dahulu dilakukan sang Nabi dan dia punya kemampuan untuk menyamai. Pengemis buta itu, sama seperti hari-hari sebelumnya,menunggu belas kasihan orang-orang. Namun, dia telah meninggalkan caci maki terhadap sang Nabi.

Abu Bakar membuka bungkusan yang dia siapkan. Mengambil potongan roti, kemudian menyuapkannya ke mulut sang pengemis. Ini tidak susah. Sunnah yang mudah.

Namun, tertahan tangan Abu Bakar, ketika pengemis buta itu menyentakkan kepalanya, menjauhkan mulutnya dari tangan Abu Bakar.

"Siapa Kau ?"
Sudah beberapa lama tak datang seseorang yang menyuapinya makanan, dan pagi itu hadir di hadapannya seseorang yang hendak melakukan hal sama. Namun, pengemis itu merasakan perbedaan diantara keduanya.

"ENGKAU BUKAN ORANG YANG BIASA DATANG KEPADAKU." Dua bola mata yang tak lagi bisa melihat itu bergerak-gerak. Ada kemarahan disana.

"JIKA DIA DATANG KEPADAKU, TIDAK SUSAH TANAGAN INI MEMEGANG DAN TIDAK SUSAH MULUT INI MENGUNYAH..." Kata si Pengemis, mengingat kembali orang yg dulu selalu menyuapinya dan kini telah tiada.

"ORANG YANG BIASA MENDATANGIKU ITU SELALU MENYUAPIKU DENGAN MULUTNYA DAN SETELAH ITU, DIA MEMBERIKAN PADAKU DENGAN MULUTNYA SENDIRI."

Abu Bakar dengan perasaan yang melumpuhkan. Bahkan, kehendaknya untuk berlemah lembut terhadap pengemis itu tak ada apa-apanya dengan cara Nabi melakukan hal yang serupa. Dia hendak menyuapinya dengan perlahan sedangkan Sang Nabi MENGUNYAHKAN TERLEBIH DAHULU SUPAYA LEMBUT MAKANAN ITU JADINYA.

Alangkah perasaan haru bercampur dengan rindu akan kemuliaan dan tiadanya dendam, menghancurkan keteguhan Abu Bakar. Dia terdesu, sedangkan tangannya gemetaran.

"Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu." Dia tetap berusaha berkata-kata. "Aku salah seorang dari sahabatnya. Orang mulia itu telah tiada. Dia adalah MUHAMMAD RASUL ALLAH."

Seolah berhenti detak jantung dada yahudi tua dihadapan Abu Bakar. Seolah ada yang mencengkram batang otaknya. Badannya gemetaran. Lalu membayang caci makinya yang bertahan lama dimulutnya. Caci maki yang dia katakan kepada setiap orang di setiap saat.
Dia mulai terisak. " Benarkah demikian ? "

Luruh badan ringkih yang napasnya pun telah tertatih. Dia kini mulai menyesali dirinya sendiri. "Selama ini aku selalu menghina, memfitnah dan menjelek-jelekkannya. Tapi...Tapi..." Terputus-putus kata-katanya. "Dia tidak pernah memarahiku, sedikit pun. Dia selalu mendatangiku setiap pagi. Membawakanku makanan. Dia...Dia begitu MULIA."

Bertangisan Abu Bakar dan lelaki tua yang mengingatkan dia kepada junjungannya. Menjejaki apa-apa yang pernah dijejaki seseorang yang dicintai terkadang semacam mengentakkan dada dengan palu kerinduan.

Kami hanturkan salam dan kemuliaan kepadamu ya Rasulullah...